LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Landasan Filosofis
Filosofi adalah konseptual dan ideal yang merupakan jawaban esensial / mendasar atas pertanyaan:
• Apa yang menjadi tujuan pendidikan ?
• Siapa pendidik dan terdidik?
• Apa isi pendidikan?
• Bagaimana proses interaksi pendidikan ?
Filsafat berarti upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam semesta dan kedudukan manusia di dalamnya.
Filsafat memegang peranan penting dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum.
1. Perenialisme menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan daripada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.
2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
3. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan, seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
4. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme adalah elaborasi lanjut aliran progresivisme dimana peradaban manusia masa depan sangat ditekankan dan lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar daripada proses.
HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Donald Butler (1957),
Filsafat memberikan arah & metodologi terhadap praktek pendidikan; praktek pendidikan memberikan bahan bagi pertimbangan filsafat
Brubacher (1950)
Filsafat merupakan :
1. Dasar utama dalam filsafat pendidikan.
2. Bunga, bukan akar pendidikan.
3. Filsafat pendidikan berdiri sendiri sebagai disiplin yang mungkin memberi keuntungan dari kontak dengan filsafat, tapi tidak penting.
4. Filsafat dan teori pendidikan menjadi satu
2. Landasan Psikologis
Psikologis adalah karakteristik individu yang dinyatakan dalam bentuk perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan.
Landasan psikologis dalam kurikulum mengandung makna norma dasar pendidikan bersumber dari hukum dasar perkembangan peserta didik yang lebih menekankan pada rencana belajar untuk dijadikan pengalaman. Hal ini meliputi :
1. Perkembangan siswa
2. Karakteristik siswa
3. Metode belajar – mengajar
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Perkembangan karakteristik perilaku individu sejak masa konsepsi sampai dewasa melalui interaksi dengan lingkungan untuk menyesuaikan apa yang dididik dan bagaimana cara mendidik, meliputi :
1. Kemampuan belajar melalui persepsi
2. Mencapai pertimbangan berdasarkan pengalaman
3. Berpikir imajinatif, kreatif, dan mencari sendiri
Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Siswa selalu berkembang
b. Manusia adalah mahluk unik dan unpredictable, memiliki kemampuan yang terintegrasi menjadi sesuatu yang khas dan dinamis
Mengkaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, hal-hal lain yang berhubungan dengan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
PENDEKATAN PENTAHAPAN
Pentahapan Menyeluruh :
Yang berkembang adalah keseluruhan pribadi yang kesatuan, totalitas, dan terintegrasi :
a. Fisik, motoric
b. Intelek
c. Sosial dan bahasa
d. Afektif (sikap, minat, motif, nilai, moral)
Pentahapan Khusus
Mendeskripsikan salah satu segi atau aspek perkembangan saja
Tokoh Pentahapan Menyeluruh
J.J. Rousseau
4 Tahap Perkembangan
• Masa bayi (0 – 2 tahun)
• Masa anak (2 – 12 tahun)
• Masa remaja awal (12–15 tahun)
• Masa remaja (15 – 25 tahun)
G. Stanley Hall
• Perkembangan individu adalah rekapitulasi perkembangan spesiesnya.
• 4 tahap perkembangan
• Masa kanak (0 – 4 tahun)
• Masa anak (4 – 8 tahun)
• Masa puber (8 – 12 tahun)
• Masa remaja (12tahun – dewasa)
J. Piaget
• Tahap perkembangan berdasarkan kemampuan kognitif anak
• 4 tahap perkembangan
• Tahap sensorimotor (0 – 2 tahun)
• Tahap praoperasional (2 – 4 tahun)
• Tahap konkret operasional (7 – 11 tahun)
• Tahap formal operasional (11 – 15 tahun)
Lawrence Kohlberg
• Tahap
• perkembangan moral :
• Tahap Pra konvensi
• Tahap konvensi
• Tahap pasca konvensi
Erik H.Erikson
Tahap Usia Krisis Psikososial
I 0-2 Percaya Vs. Tidak Percaya
II 2-3 Otonomi Vs. Ragu dan Malu
III 3-6 Inisiatif Vs. Rasa Bersalah
IV 7-12 Industri Vs. Inferioritas
V 12-18 Identitas Vs. Difusi Peran
VI 20-an Keintiman dan Isolasi
VII 30 – 50an Generativitas Vs. SelfAbsorption
VIII 50an ke atas Integritas Ego Vs. Penyesalan diri
Percaya Vs Tidak Percaya
Rasa aman dan percaya pada lingkungan
Apabila tidak tercapai akan timbul berbagai masalah
Otonomi Vs Ragu dan Malu
Mandiri secara fisik
Fondasi untuk percaya diri
Kondisi yang tercipta akan timbul Harapan, setelah itu munculah “citra diri”.
Inisiatif Vs Rasa Bersalah
Fondasi untuk menjadi kreatif yang sangat penting untuk perkembangan pada fase berikunya
Industri Vs Inferioritas
Tidak ada hal relatif
Sangat tertarik untuk belajar
Jika terlampaui, maka akan mendapat keyakinan untuk menghadapi masalah
Identitas VS Difusi Peran
Berhasil memperoleh identitas diri sehat adalah suatu kelegaan karena dapat mengenal siapa dan tempatnya dalam masyarakat dankontribusi apa yang dapat disumbangkan dalam masyarakat.
Keintiman Vs Isolasi
Keintiman terjadi karena telah merasa nyaman dengan identitas yang dimiliki sehingga mengijinkan orang lain untuk sharing mengenal kelebihan dan kekurangan diri.
Generativitas Vs Self Absorption
Generativity adalah rasa peduli yang lebih dewasa dimana tedapat suatu timbal balik tanpa mengharapkan balasan seperti kasih sayang orang tua kepada anaknya.
Integritas Ego Vs Penyesalan Diri
Integritas diri adalah rasa harga diri untuk tidak takut mati karena telah melalui hidup dengan baik. Lawannya adalah rasa penyesalan ditandai dengan meluapnya rasa jijik pada diri sendiri terhadap kegagalan dan cara menyia-ynyiakan hidup.
PSIKOLOGI BELAJAR
Ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Tokoh Psikologi Belajar
Morris L. Bigge
1. Teori Disiplin Mental
Secara herediter anak mempunyai potensi tertentu
Belajar merupakan upaya mengembangkan potensi2 tersebut
• Disiplin Mental Theistik
Individu mempunyai daya mental(mengamati, menanggap, mengingat, berpikir)
Belajar merupakan proses melatih daya2 tersebut
• Disiplin Mental Humanistik
Menekankan keseluruhan aspek (pendidikan umum)
• Naturalisme
Selain mempunyai potensi, anak memiliki kemauan dan kemampuan untuk belajar & berkembang sendiri
• Apersepsi
Hasil belajar disimpan dan membentuk apersepsi untuk belajar lebih lanjut
2. Teori Behaviorisme
Anak tidak membawa potensi apapun dari lahirnya
Perkembangan ditentukan oleh faktor yang berasal dari lingkungan
Bersifat pasif
• Teori S-R Bond
Kehidupan tunduk pada hukum stimulus – respon
Belajar upaya membentuk S-R sebanyaknya
• Conditioning
Belajar melalui S-R dibantu dengan kondisi tertentu (pada stimulus)
• Reinforcement
Belajar melalui S-R dibantu dengan kondisi tertentu (melalui respon)
3. COGNITIVE GESTALT FIELD
Menekankan pada unity, wholeness, integrity (keterpaduan)
Bersifat aktif
• INSIGHT / GESTALT FIELD
Belajar adalah proses mengembangkan pemahaman baru
Belajar merupakan perbuatan yang bertujuan, eksploratif, imajinatif, kreatif
• GOAL INSIGHT
Belajar merupakan usaha untuk mengembangkan pemahaman tingkat tinggi
• COGNITIVE FIELD
Belajar merupakan proses interaksi (individu selalu berada dalam life space, ada tujuan yang ingin dicapai dan motif yang mendorong untuk mencapai tujuan dan hambatan yang harus diatasi)
Landasan Sosial dan Budaya
Landasan sosial mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma khidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa dengan memusatkan perhatian pada pola hubungan antara individu dan kelompok.
Landasan kultural (budaya) mengandung makna norma dasar pendidikan bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut suatu bangsa.
Menurut Taylor, kebudayaan adalah totalitas kompleks mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adab, kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. (Imran Manan, 1989)
Agar menjadi lengkap, ditambah beberapa komponen, yaitu :
1. Kesenian
2. Ilmu
3. Kepandaian
Kebudayaan dikelompokkan menjadi 3 macam :
1. Kebudayaan umum, misal kebudayaan Indonesia.
2. Kebudayaan daerah, misal kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara, dll.
3. Kebudayaan populer adalah kebudayaan yang masa berlakunya lebih pendek daripada yang lain.
Pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya.
Materi yang dipelajari, cara belajar, kegiatan dan bentuk yang dikerjakan semuanya adalah budaya
Kurikulum yang dikembangkan mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
Tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
3 Sifat Penting Pendidikan
• Pendidikan Mengandung Nilai
• Pendidikan Bersifat Sosial
• Pendidikan Didukung Lingkungan
Landasan IPTEK
Technology is the art of utilizing scientific knowledge
Teknologi ialah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal (hardware & software)
Landasan IPTEK mengandung makna norma dasar yang bersumber dari perkembangan IPTEK yang mengikat dan mengharuskan pelaksana pendidikan untuk menerapkannya dalam usaha pendidikan.
Norma dasar landasan IPTEK :
1. Ontologis : objek penalaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji dan diamati.
2. Epistomologis : cara untuk menelaah objek dengan metode ilmiah.
3. Aksiologis : nilai kegunaan bagi kepentingan dan kesejahteraan lahir dan batin.
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Landasan Filosofis
Filosofi adalah konseptual dan ideal yang merupakan jawaban esensial / mendasar atas pertanyaan:
• Apa yang menjadi tujuan pendidikan ?
• Siapa pendidik dan terdidik?
• Apa isi pendidikan?
• Bagaimana proses interaksi pendidikan ?
Filsafat berarti upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam semesta dan kedudukan manusia di dalamnya.
Filsafat memegang peranan penting dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum.
1. Perenialisme menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan daripada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.
2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
3. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan, seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
4. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme adalah elaborasi lanjut aliran progresivisme dimana peradaban manusia masa depan sangat ditekankan dan lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar daripada proses.
HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Donald Butler (1957),
Filsafat memberikan arah & metodologi terhadap praktek pendidikan; praktek pendidikan memberikan bahan bagi pertimbangan filsafat
Brubacher (1950)
Filsafat merupakan :
1. Dasar utama dalam filsafat pendidikan.
2. Bunga, bukan akar pendidikan.
3. Filsafat pendidikan berdiri sendiri sebagai disiplin yang mungkin memberi keuntungan dari kontak dengan filsafat, tapi tidak penting.
4. Filsafat dan teori pendidikan menjadi satu
2. Landasan Psikologis
Psikologis adalah karakteristik individu yang dinyatakan dalam bentuk perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan.
Landasan psikologis dalam kurikulum mengandung makna norma dasar pendidikan bersumber dari hukum dasar perkembangan peserta didik yang lebih menekankan pada rencana belajar untuk dijadikan pengalaman. Hal ini meliputi :
1. Perkembangan siswa
2. Karakteristik siswa
3. Metode belajar – mengajar
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Perkembangan karakteristik perilaku individu sejak masa konsepsi sampai dewasa melalui interaksi dengan lingkungan untuk menyesuaikan apa yang dididik dan bagaimana cara mendidik, meliputi :
1. Kemampuan belajar melalui persepsi
2. Mencapai pertimbangan berdasarkan pengalaman
3. Berpikir imajinatif, kreatif, dan mencari sendiri
Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Siswa selalu berkembang
b. Manusia adalah mahluk unik dan unpredictable, memiliki kemampuan yang terintegrasi menjadi sesuatu yang khas dan dinamis
Mengkaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, hal-hal lain yang berhubungan dengan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
PENDEKATAN PENTAHAPAN
Pentahapan Menyeluruh :
Yang berkembang adalah keseluruhan pribadi yang kesatuan, totalitas, dan terintegrasi :
a. Fisik, motoric
b. Intelek
c. Sosial dan bahasa
d. Afektif (sikap, minat, motif, nilai, moral)
Pentahapan Khusus
Mendeskripsikan salah satu segi atau aspek perkembangan saja
Tokoh Pentahapan Menyeluruh
J.J. Rousseau
4 Tahap Perkembangan
• Masa bayi (0 – 2 tahun)
• Masa anak (2 – 12 tahun)
• Masa remaja awal (12–15 tahun)
• Masa remaja (15 – 25 tahun)
G. Stanley Hall
• Perkembangan individu adalah rekapitulasi perkembangan spesiesnya.
• 4 tahap perkembangan
• Masa kanak (0 – 4 tahun)
• Masa anak (4 – 8 tahun)
• Masa puber (8 – 12 tahun)
• Masa remaja (12tahun – dewasa)
J. Piaget
• Tahap perkembangan berdasarkan kemampuan kognitif anak
• 4 tahap perkembangan
• Tahap sensorimotor (0 – 2 tahun)
• Tahap praoperasional (2 – 4 tahun)
• Tahap konkret operasional (7 – 11 tahun)
• Tahap formal operasional (11 – 15 tahun)
Lawrence Kohlberg
• Tahap
• perkembangan moral :
• Tahap Pra konvensi
• Tahap konvensi
• Tahap pasca konvensi
Erik H.Erikson
Tahap Usia Krisis Psikososial
I 0-2 Percaya Vs. Tidak Percaya
II 2-3 Otonomi Vs. Ragu dan Malu
III 3-6 Inisiatif Vs. Rasa Bersalah
IV 7-12 Industri Vs. Inferioritas
V 12-18 Identitas Vs. Difusi Peran
VI 20-an Keintiman dan Isolasi
VII 30 – 50an Generativitas Vs. SelfAbsorption
VIII 50an ke atas Integritas Ego Vs. Penyesalan diri
Percaya Vs Tidak Percaya
Rasa aman dan percaya pada lingkungan
Apabila tidak tercapai akan timbul berbagai masalah
Otonomi Vs Ragu dan Malu
Mandiri secara fisik
Fondasi untuk percaya diri
Kondisi yang tercipta akan timbul Harapan, setelah itu munculah “citra diri”.
Inisiatif Vs Rasa Bersalah
Fondasi untuk menjadi kreatif yang sangat penting untuk perkembangan pada fase berikunya
Industri Vs Inferioritas
Tidak ada hal relatif
Sangat tertarik untuk belajar
Jika terlampaui, maka akan mendapat keyakinan untuk menghadapi masalah
Identitas VS Difusi Peran
Berhasil memperoleh identitas diri sehat adalah suatu kelegaan karena dapat mengenal siapa dan tempatnya dalam masyarakat dankontribusi apa yang dapat disumbangkan dalam masyarakat.
Keintiman Vs Isolasi
Keintiman terjadi karena telah merasa nyaman dengan identitas yang dimiliki sehingga mengijinkan orang lain untuk sharing mengenal kelebihan dan kekurangan diri.
Generativitas Vs Self Absorption
Generativity adalah rasa peduli yang lebih dewasa dimana tedapat suatu timbal balik tanpa mengharapkan balasan seperti kasih sayang orang tua kepada anaknya.
Integritas Ego Vs Penyesalan Diri
Integritas diri adalah rasa harga diri untuk tidak takut mati karena telah melalui hidup dengan baik. Lawannya adalah rasa penyesalan ditandai dengan meluapnya rasa jijik pada diri sendiri terhadap kegagalan dan cara menyia-ynyiakan hidup.
PSIKOLOGI BELAJAR
Ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Tokoh Psikologi Belajar
Morris L. Bigge
1. Teori Disiplin Mental
Secara herediter anak mempunyai potensi tertentu
Belajar merupakan upaya mengembangkan potensi2 tersebut
• Disiplin Mental Theistik
Individu mempunyai daya mental(mengamati, menanggap, mengingat, berpikir)
Belajar merupakan proses melatih daya2 tersebut
• Disiplin Mental Humanistik
Menekankan keseluruhan aspek (pendidikan umum)
• Naturalisme
Selain mempunyai potensi, anak memiliki kemauan dan kemampuan untuk belajar & berkembang sendiri
• Apersepsi
Hasil belajar disimpan dan membentuk apersepsi untuk belajar lebih lanjut
2. Teori Behaviorisme
Anak tidak membawa potensi apapun dari lahirnya
Perkembangan ditentukan oleh faktor yang berasal dari lingkungan
Bersifat pasif
• Teori S-R Bond
Kehidupan tunduk pada hukum stimulus – respon
Belajar upaya membentuk S-R sebanyaknya
• Conditioning
Belajar melalui S-R dibantu dengan kondisi tertentu (pada stimulus)
• Reinforcement
Belajar melalui S-R dibantu dengan kondisi tertentu (melalui respon)
3. COGNITIVE GESTALT FIELD
Menekankan pada unity, wholeness, integrity (keterpaduan)
Bersifat aktif
• INSIGHT / GESTALT FIELD
Belajar adalah proses mengembangkan pemahaman baru
Belajar merupakan perbuatan yang bertujuan, eksploratif, imajinatif, kreatif
• GOAL INSIGHT
Belajar merupakan usaha untuk mengembangkan pemahaman tingkat tinggi
• COGNITIVE FIELD
Belajar merupakan proses interaksi (individu selalu berada dalam life space, ada tujuan yang ingin dicapai dan motif yang mendorong untuk mencapai tujuan dan hambatan yang harus diatasi)
Landasan Sosial dan Budaya
Landasan sosial mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma khidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa dengan memusatkan perhatian pada pola hubungan antara individu dan kelompok.
Landasan kultural (budaya) mengandung makna norma dasar pendidikan bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut suatu bangsa.
Menurut Taylor, kebudayaan adalah totalitas kompleks mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adab, kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. (Imran Manan, 1989)
Agar menjadi lengkap, ditambah beberapa komponen, yaitu :
1. Kesenian
2. Ilmu
3. Kepandaian
Kebudayaan dikelompokkan menjadi 3 macam :
1. Kebudayaan umum, misal kebudayaan Indonesia.
2. Kebudayaan daerah, misal kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara, dll.
3. Kebudayaan populer adalah kebudayaan yang masa berlakunya lebih pendek daripada yang lain.
Pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya.
Materi yang dipelajari, cara belajar, kegiatan dan bentuk yang dikerjakan semuanya adalah budaya
Kurikulum yang dikembangkan mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
Tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
3 Sifat Penting Pendidikan
• Pendidikan Mengandung Nilai
• Pendidikan Bersifat Sosial
• Pendidikan Didukung Lingkungan
Landasan IPTEK
Technology is the art of utilizing scientific knowledge
Teknologi ialah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal (hardware & software)
Landasan IPTEK mengandung makna norma dasar yang bersumber dari perkembangan IPTEK yang mengikat dan mengharuskan pelaksana pendidikan untuk menerapkannya dalam usaha pendidikan.
Norma dasar landasan IPTEK :
1. Ontologis : objek penalaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji dan diamati.
2. Epistomologis : cara untuk menelaah objek dengan metode ilmiah.
3. Aksiologis : nilai kegunaan bagi kepentingan dan kesejahteraan lahir dan batin.
No comments:
Post a Comment